Minggu, 01 Mei 2011

MALNUTRISI



Malnutrisi energi – protein (MEP) adalah tidak adekuatnya intake protein dan kalori yg dibutuhkan oleh tubuh.
MEP terdiri dari :
1.      Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Penyebabnya adalah :
a.          Intake protein yang buruk.
b.          Infeksi suatu penyakit.
c.        Masalah penyapihan.
   
Etiologi :
Suatu penyakit yg disebabkan oleh kekurangan protein baik dari segi kualitas dan kuantitasnya.

Patologi :
Pada kwashiorkor klasik, gangguan metabolik dan perubahan sel menyebabkan edema dan perlemakan hepar. Kelainan ini merupakan gejala yang mencolok. Pada penderita defisiensi protein tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan, oleh sebab persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dari dietnya. Namun, kekurangan protein dalam diet menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial untuk sintesis.
Gejala klinis pada kwashiorkor : pitting edema, pertumbuhan tidak memadai, kurangnya stamina, kehilangan massa atau jaringan otot, rambut menjadi jarang, tipis, berubah waran dan tidak rontok, flaky paint, perut buncit, hepatomegali, crazy pavement dermatosis, perut buncit, hipoalbuminemia, anemia, wajah sembab, defisiensi multivitamin, anoreksia, cengeng, kegagalan adapasi, stress, dan biasanya terjadi pada anak yang lebih besar.
Dari sekian banyak gejala klinis, tetapi ada beberapa gejala klinis tersebut khas pada penderita kwashiorkor. Tanpa gejala klinis yang khas ini, penegakkan diagnosis kwashiorkor tidak dapat ditegakkan. Gejala yang khas tersebut adalah pitting edema,  hipoalbuminemia, rambut yang tidak hitam, mudah rontok, jarang dan tipis, perut buncit karena hepatomegali, dan crazy pavement dermatosis. Karena adanaya edema, maka kwashiorkor bisa disebut edematous protein calorie malnutrition.

Gejala Klinis :
1.      Kulit akan tampak bersisik dan kering à depigmentasi.
2.      Anak mengalami ggn pd mata à kekurangan vitamin A.
3.      Kekurangan mineral : besi, kalsium dan seng.
4.      Edema à hipoproteinemia yg mana cairan akan berpindah dari intra vaskuler kompartemen ke rongga interstitial à ascites. Ggn gastrointestinal seperti adanya perlemakan pd hati dan atropi pd sel acini pankreas.

2.      Marasmik Kwashiorkor
Marasmik kwashiorkor adalah suatu sindrom protein calorie malnutrition di mana ditemukan gejala-gejala marasmus dan juga terdapat gejala-gejala kwashiorkor. Jadi, marasmik kwashiorkor merupakan sindrom perpaduan dari marasmus dan kwashiorkor.
 
Penyebab Gizi Buruk
Sindrom protein calorie malnutrition dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan etiologinya yaitu :
a.   Protein calorie malnutrition primer atau eksogen. PCM primer terjadi karena intake yang inadekuat. Hal ini dikarenakan kemiskinan, komposisi makanan yang tidak tepat, alkoholisme, drug addiction, alergi makanan, tidak makan, idiosyncrasy (pantang makan makanan tertentu ), fad diet (makanan yang tidak sehat), dan lain sebagainya yang bisa membuat intakenya inadekuat.
b.   Protein calorie malnutrition sekunder atau endogen. PCM sekunder yang terjadi tidak dikarenakan intake yang inadekuat, tetapi lebih dikarenankan oleh faktor lain seperti peningkatan kebutuhan nutrisi. Pada intinya adanya gangguan metabolisme atau malabsorpsi.
   
Metabolisme Karbohidrat, Protein, dan Lemak
Makanan yang masuk ke saluran pencernaan tentunya akan diabsorpsi oleh tubuh. Karbohidrat dalam makanan yang masuk awalnya akan dicerna di mulut oleh enzim ptyalin. Setelah menjadi bolus di mulut, bolus tersebut masuk ke lambung lalu ke usus halus. Di usus halus, bolus tersebut dirombak menjadi glukosa agar dapat diserap oleh villi usus halus. Enzim yang merombaknya adalah enzim amylase dari pancreas. Setelah diserap, lalu diedarkan ke sel-sel yang membutuhkan. Metabolismenya terdiri dari pelepasan energi dari molekul glukosa melalui jalur glikolisis, pembebasan energy dari glukosa melalui jalur pentosa fosfat, pembebasan energi secara anaerobik, penyimpanan glikogen di dalam hati dan otot dan glukoneogenesis.
Untuk protein, setelah protein dicerna oleh enzim-enzim protein, seperti pepsin, menjadi asam amino, maka akan diserap oleh usus halus. Metabolism protein terdiri dari sintesis asam amino, oksidasi dan deaminasi asam amino,dan glukoneogenesis dan ketogenesis.
Lemak merupakan penghasil kalori yang terbesar. Pencernaan lemak dipengaruhi oleh enzim lipase. Setelah  menjadi asam lemak dan gliserol, baru bisa diserap. Selain itu, ada esterifikasi kolesterol dan fosfolipid. Kolesterol ini diedarkan oleh lipoprotein tersendiri.

3.      Marasmus
Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat. Namun, lebih kekurangan kalori daripada protein. Penyebab marasmus adalah sebagai berikut :
a.      Intake kalori yang sedikit.
b.      Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enteral.
c.      Kelainan struktur bawaan.
d.      Prematuritas dan penyakit pada masa neonates.
e.      Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup.
f.       Gangguan metabolism.
g.      Tumor hipotalamus.
h.      Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang kurang.
i.       Urbanisasi.
Patologi :
Yang mencolok pada keadaan nutritional marasmus ialah pertumbuhan yang berkurang atau terhenti disertai atrofi otot dan menghilangnya lemak bawah kulit. Pada permulaan kelainan demikian merupakan proses fisiologik. Untuk berlangsungnya hidup jaringan, maka tubuh memerlukan energi yang tidak dapat dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein dipakai juga untuk memnuhi energi.
Gejala klinis pada marasmus : kehilangan berat badan dan lesu hingga sangat kurus, kulit keriput dan longgar akibat kehilangan lemak subkutan, abdomen membesar atau flat dengan pola usus terlihat, atrofi otot, hambatan pertumbuhan yang nyata, tinggal tulang, perut sering dipenuhi cacing, kepala lebih besar dari badan, anemia normokromik normositik, defisiensi multivitamin, wajah seperti orang tua, tidak edema, baggy pant dan suhu tubuh bisa rendah.
Karena tidak ada edema, maka marasmus sering disebut non edematous protein calorie malnutrition.

Gejala Klinis Marasmus :
1.      Badan kurus kering .
2.      Tampak seperti orang tua .
3.      Lethargi .
4.      Iritabel .
5.      Kulit berkeriput .
6.      Ubun – ubun cekung pada bayi
7.      Jaringan subkutan hilang
8.      Turgor kulit jelek
9.      Malaise ,Apatis
10.  Kelaparan

4.      Obesitas
Patologi :
Keseimbangan energi diatur oleh hipotalamus :
a.    Pengendalian rasa lapar dan kenyang.
b.    Pengaruhi laju pengeluaran energi tubuh.
c.    Regulasi sekresi hormon.
    Sinyal aferen (adiposa, usus, otot) akan dihantarkan ke hipotalamus dan dihantarkan ke sinyal eferen sebagai respon, yang terdiri dari 2 mekanisme antara lain :
    1. Bersifat anabolik ( Meningkatkan rasa lapar, mengurangi penggunaan energi ), diperantarai sinyal pendek oleh CCK sebagai stimulator.
    2. Bersifat katabolik ( Anoreksia, meningkatkan pengeluran energi ), diperantarai sinyal panjang oleh Leptin dan insulin.
    Pada penderita obesitas terjadi resistensi terhadap leptin sehingga penderita cenderung makan terus menerus yang mengakibatkan input energi lebih besar dari output energi sehingga terjadi penumpukan lemak.

EFEK MALNUTRISI TERHADAP SISTEM TUBUH
No.
SISTEM
EFEK
1.
Neurologis/temperature regulasi
Menurunkan metabolism dan suhu basal tubuh.
2.
Status Mental
Apatis, depresi, mudah terangsang, penurunan fungsi kognitif, kesulitan pengambilan keputusan
3.
Sistem imun Produksi sel darah putih
Resiko terhadap penyakit infeksi bila leukosot turun
4.
Muskuloskeletal
Penurunan massa otot, terganggunya kordinasi dan ketangkasan
5.
Kardiovaskuler
Gangguan irama jantung, atropi jantung, pompa jantung turun
6.
Respiratorya
Atropi otot pernafasan, pneumonia
7.
Gastrointestinal
Penurunan massa feces, penurunan enzim pencernaan, penurunan proses absorbs, mempersigkat waktu transit, meningkatkan pertumbuhan bakteri, diare, mengurangi peristaltik
8.
Sistem Urinaria
Atropi ginjal, mengubah filtrasi dan keseimbangan cairan dan elektrolit
9.
Sistem hati dan empedu
Mengurangi penyimpaanan glukosa, mengurangi produksi glukosa dari asam amino, mengurangi sintesa protein

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.