Sabtu, 16 Oktober 2010

ANTIFUNGI

 

Pada dasawarsa terakhir, di seluruh dunia disinyalir adanya peningkatan luar biasa kasus infeksi oleh jamur. Kasus infeksi seperti infeksi mukosa mulut, bronchia, usus, vagina dan lain-lain oleh Candida albicans.

Penggolongan obat jamur sistemik
  • Amfoterisin B. Obat ini dapat menghambat aktivitas Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis, beberapa spesies Candida, Torulopsis glabrata, Rhodotorula, Blastomyces dermatitis, Paracoc braziliensis, beberapa strain Aspergillus, Sporotrichum schenckii, Microsporum audiouini dan spesies Trichophyton.
  • Flusitosin. Obat ini efektif untuk pengobatan Kriptokokosis, Kandidosis, Kromomikosis, Torulopsis dan Aspergilosis.
  • Ketokonazol dan Triazol. Sebagai turunan Imidazol, Ketokonazol mempunyai aktivitas anti jamur baik sistemik maupun nonsistemik, Efektif terhadap Candida, Coccioides immitis, Cryptococcus neoformans, H.capsulatum, B.dermatitidis, Aspergillus dan Sporothrix.
  • Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis.
  • Infeksi jamur (mikosis) sistemik jarang dijumpai, tetapi berbahaya dan sifatnya kronis.
  • Amfoterisin B merupakan obat jamur yang efektif untuk infeksi sistemik yang berat. Dikarenakan toksisitasnya, obat ini harus diberikan dengan infus di rumah sakit oleh tenaga medis yang kompeten.
  • Amfoterisin B berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan membran sel bocor sehingga terjadi kehilangan bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang tetap pada sel.
  • Disamping Amfoterisin B, Ketokonazol adalah suatu obat jamur untuk infeksi sistemik yang berspektrum luas.
Infeksi jamur sistemik
  • Aspergilosis. Aspergilosis paru sering terjadi pada penderita penyakit imunosupresi yang berat dan tidak memberi respon yang memuaskan terhadap pengobatan dengan obat jamur. Obat pilihan untuk penyakit ini adalah Amfoterisin B secara intra vena dengan dosis 0,5-1,0 mg/kg BB setiap hari.
  • Blastomikosis. Obat jamur terpilih untuk Blastomikosis adalah Ketokonazol per oral 400 mg mg sehari selama 6-12 bulan. Itrakonazol dengan dengan dosis 200-400 mg sekali sehari juga efektif pada beberapa kasus. Amfoterisin B sebagai cadangan untuk penderita yang tidak dapat menerima Ketokonazol.
  • Kandidiasis. Pengobatan menggunakan Amfoterisin B. Flusitosin diberikan bersama Amfoterisin B untuk Meningitis, Endoftalmitis, Artritis oleh Kandida. Disamping penyebarannya yang lebih baik ke jaringan sakit, Flusitosisn diduga bekerja aditif dengan Amfoterisin B sehingga dosis Amfoterisin B dapat dikurangi.
  • Koksidioidomikosis. Adanya kavitis (ruang berongga) tunggal di paru atau adanya infiltrasi fibrokavitis yang tidak responsif terhadap kemoterapi merupakan ciri khas penyakit kronis Koksidioidomikosis. Penyakit ini dapat diobati dengan Amfoterisin B secara intra vena, Ketokonazol, Itrakonazol.
  • Kriptokokosis. Obat terpilih adalah Amfoterisin B dengan dosis 0,4-0,5 mg/kg per hari secara intra vena. Penambahan Flusitosin dapat mengurangi pemakaian Amfoterisin B (0,3 mg/kg). Flukonazol bermanfaat untuk terapi supresi pada penderita AIDS.
  • Histoplasmosis. Penderita histoplasmosis paru kronis sebagian besar dapat diobati dengan Ketokonazol 400 mg per hari selama 6-12 bulan. Itrakonazol 200-400 mg sekali sehari juga cukup efektif. Amfoterisin B intra vena secara intra vena juga dapat diberikan selama 10 minggu.
  • Mukormikosis. Amfoterisin B merupakan obat pilihan untuk Mukormikosis paru kronis.
  • Parakoksidioidomikosis. Ketokonazol 400 mg per hari merupakan obat pilihan yang diberikan selama 6-12 bulan. Pada keadaan yang berat diberikan terapi awal Amfoterisin B.
  • Sporotrikosis. Obat terpilih untuk keadaan ini ialah pemberian oral larutan jenuh Kalium Iodida (1 g/ml) dengan dosis 3 kali 40 tetes sehari yang dicampur dengan sedikit air. Obat Sporotrikosis yang menyerang paru, tulang,
Amfoterisin B
  • Merupakan hasil fermentasi dari Streptomyces nodosus
  • Menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang
  • Bersifat fungistatik atau fungisidal tergantung dosis.
  • Efektif menghambat Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans, Candida, Blastomyces dermatiditis, Aspergillus.
  • Mekanism kerja : berikatan kuat dengan ergosterol yang terdapat pada membran sel jamur, sehingga menyebabkan kebocoran dari membran sel, dan akhirnya lisis.
  • Farmakokinetik : sangat sedikit diserap melalui saluran cerna diberikan secara IV, distribusi ke cairan pleura, peritoneal, sinovial dan akuosa, CSS, cairan amnion. Ekskresi melalui ginjal sangat lambat.
  • Indikasi : mikosis sistemik seperti koksidioidomikosis, parakoksidiomikosis, aspergilosis, kandidiosis, blastomikosis, histoplasmosis.
  • Efek samping : demam dan menggigil, gangguan ginjal, hipotensi, anemia, efek neurologik, tromboflebitis.
  • Penderita yang diobati amfoterisin B harus dirawat di rumah sakit, karena diperlukan pengamatan yang ketat selama pemberian obat.
  • Sediaan : injeksi dalam vial yang mengandung 50 mg, dilarutkan dalam 10 ml aquadest diencerkan dengan dextrose 5 % = 0,1 mg/ml larutan.
  • Dosis : 0,3 – 0,5 mg / kg BB
Flusitosin
  • Spektrum antijamur sempit
  • Efektif untuk kriptokokosis, kandidiosis, kromomikosis, aspergilosis.
  • Mekanisme kerja : flusitosin masuk ke dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit 5-fluorourasil.
  • Farmakokinetik : diserap dengan cepat dan baik melalui sal.cerna, distribusi ke seluruh tubuh, ekskresi oleh ginjal.
  • Indikasi : kromoblastomikosis, meningitis (kombinasi dengan amfoterisin B)
  • Efek samping : toksisitas hematologik, gangguan hati, gangguan sal.cerna
  • Sediaan : kapsul 250 dan 500 mg.
  • Dosis : 50 – 150 mg/kgBB sehari dibagi dalam 4 dosis, lakukan penyesuaian dosis pada penderita insufisiensi ginjal.
Ketokonazol
  • Efektif terhadap Candida, Coccodioides immitis, Cryptococcus, H. capsulatum, Aspergillus.
  • Mekanisme kerja : berinteraksi dengan enzim P-450 untuk menghambat demetilasi lanosterol menjadi ergosterol yang penting untuk membran jamur.
  • Farmakokinetik : diserap baik melalui sal. Cerna, distribusi urin, kel.lemak,air ludah, kulit, tendon, cairan sinovial. Ekskresi melalui empedu, sebagian kecil ke urin.
  • Indikasi :histoplasmosis paru, tulang, sendi dan jaringan lemak, kriptokokosis, kandidosis.
  • Efek samping : gangguan sal cerna, efek endokrin (ginekomastia, peningkatan libido, impotensi, ketidakteraturan menstruasi)
  • Kontra indikasi : tidak boleh diberikan bersamaan dengan amfoterisin B
Flukonazol
  • Efek samping endokrin lebih kecil dibanding ketokonazol
  • Mekanisme kerja : menghambat sintesis ergosterol membran sel jamur.
  • Farmakokinetik : diberikan oral dan IV, absorpsi baik, ekskresi melalui ginjal.
  • Efk samping : lebih kecil dibanding ketokonazol, mual, muntah, kulit kemerahan, teratogenik.
Itrakonazol
  • Obat pilihan untuk blastomikosis
  • Efektif untuk aspergilosis, kandedimia, koksidioidomikosis, kriptokokosis.
  • Mekanisme kerja sama dengan azol lain
  • Farmakokinetik : absorpsi baik melalui oral, ekskresi melalui ginjal.
  • Efek samping : mual, muntah, kulit kemerahan, hipokalemia, hipertensi, edema dan sakit kepala.
Griseofulvin
  • Jamur yang menyebabkan infeksi jamur superfisial disebut dermatofit.
  • Mekanisme kerja : obat ini masuk ke dalam sel jamur, berinteraksi dengan mikrotubulus dalam jamur dan merusak serat mitotik dan menghambat mitosis
  • Farmakokinetik : absorpsi baik bila diberikan bersama makanan berlemak tinggi,distribusi baik ke jaringan yang terkena infeksi, inducer P-450, ekskresi melalui ginjal.
  • Efek samping : efek samping berat jarang terjadi, hepatotoksik, teratogenik.
  • Sediaan : tablet berisi mikrokristal 125 mg dan 500 mg, suspensi 125 mg/ml.
Nistatin
  • Merupakan antibiotik polien.
  • Mekanisme kerja : berikatan dengan ergosterol pada membran jamur, permeabilitas meningkat, sel jamur mati.
  • Indikasi : kandidiasis kulit, selaput lendir, dan saluran cerna.
  • Efek samping : jarang ditemukan, mual, muntah, diare ringan
Mikonazol dan obat topikal lain
  • Mikonazol, klotrimazol, ekonazol aktif secara topikal jarang digunakan parenteral.
  • Efek samping : iritasi, rasa terbakar.
  • Mekanisme kerja, spektrum, distribusi sama dengan ketokonazol.
  • Sediaan : Mikonazol krim 2 %, gel 2 %, klotrimazol krim 1 %.
 
DOWNLOAD NOW

ANTIAMUBA


 
  • Amubiasis adalah suatu infeksi usus besar yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica, suatu parasit bersel tunggal. Parasit ini memiliki 2 (dua) bentuk dalam siklus hidupnya, yaitu bentuk aktif (trofozoit) dan bentuk pasif (kista).
  • Antiamuba bekerja sebagai amubisid yaitu membunuh amuba untuk mengobati amubiasis.
Berdasarkan tempat kerjanya, antiamuba yang dipasarkan di Indonesia adalah antiamuba yang bekerja pada lumen usus dan jaringan yaitu Metronidazol dan turunannya seperti Tinidazol, Nimorazol dan Ornidazol.

Berdasar tempat kerja
  • Amubisid jaringan: amuba didinding usus, hati, jaringan ekstra intestinal lainnya->emetin, dehidroemetin, klorokuin
  • Amubisid luminal/kontak: dilumen usus->yodoklrohidroksikuin, kiniofon,glikobiarsol,tetrasiklin, paromomisin
  • Amubisid jaringan& luminal: metronidazol
Emetin
• membunuh E.hystolityca secara langsung

• Farmako Kinetik: diserap baik dari tempat injeksi lalu dimetabolisme dan dieksresi secara lambat, sehingga emetin sudah ditemukan diurin 20-40 menit setelah suntikan dan masih ditemukan 40-60 hari setelah pengobatan dihentikan

• Efek samping:
   • Lokal: nyeri tempat suntikan, kekakuan, lemah otot tempat suntikan
   • Sistemik: merupakan akumulasi dari obat
                  - Pada GIT: mual, muntah, diare
                  - Pada neuromuskuler: lemah, neyeri dan kaku otot rangka terutama leher&anggota gerak
                  - Pada cardiovaskuler: hipotensi, nyeriprekordial, tachicardi dll
                  - Hati hati pada geriatri, lemah
 
• Indikasi: untuk amubiasis jaringan

• KI: hamil, penykait jantung &penyakit ginjal

• Sedianan &Dosis: tersedia dalam 20,30,&60 mg/ampul IM. Tidak boleh untuk IV. Pada anak 1mg/kgbb/hari selama 5 hari, terapi ulang baru boleh stelah 6-8 mg dari pemberian pertama. Dosis dewasa 1-1,5 mg/kgbb/hari dg dosis maksimal 90 mg/hr dlm dosis terbagi 2x/hr. pemberian ulang setelah 2 minggu

Metronidazole
• Punya efek amubisid, anti giardia lamblia &trikonomiazid

• Amubisid langsung

• Invitro thd E.hystolitica, semua parasit musnah dalam 24 jam. Pada biakan trikomonas vaginalis, kadar metro 2,5 ug/mL dapat menghancurkan parasit 99% dalam 24 jam. Tropozoit giardia lamblia juga dipengaruhi langsung pd kadar 1-50ug/mL

• Tinidazol efek sma, tapi t1/2 lebih panjang

• F.kinetik: absorbsi peroral baik. 1 jam setelh 500mg diberikan oral, kadar plasma 10ug/mL. untuk protozoa & bakteri sensitif hanya diperlukan kadar plasma 8 ug/mL, t1/2 8-10 jam. Diekresi lewat urin, air liur, ASI &cairan vagina &seminalis dalam kadar rendah. Urin mungkin berwarna gelap karena mengandung pigmen yg larut air

• Efek samping: sakit kepla, mual, mulut kering, kecap logam, lidah berselaput, glositis, stomatitis,vertigo, ataksia, parestesia, flushing, pruritus, disuria dll.kadang dijumpai netropenia

• KI: hamil sebaiknya dihindarkan, walaupun belum ada bukti efek teratogeniknya

• Indikasi: amubiasis, trikonomiasis &infeksi bakteri anaerob, giardiasis, profilakis bedah abdomen, kolitis pseudomembranosa oleh clostridium defficile

• Sediaan & dosis
   - Sediaan: tablet 250 mg& 500mg,tablet vagina 500mg

• Dosis:
   - Amubiasis 3x 750 mg/hr po. Pada anak 30-50 mg/kgbb/hari dalam 3 dosis

   - Trikonomiasis vagina: 3x250 mg selama 7-10 hari, bisa diulang setelah 4-6 minggu, dpt diberikan bersama tablet vagina 500mg/x/hr

Dosis giardiasis: 3x250 mg selama 7hari

• Tinidazol: tersedia 500mg tablet

   – Giardiasis: 1,5g dosis tunggal waktu makan

   – Disentri amuba&abses hati: 2g/x/hari selama 3 hari, anak 60mg/kgbb/hr

   – Trikonomiasis : 2g dosis tunggal

   – Infeksi anaerob: peritonitis, abses abdomen,a bses otak 500mg/12 jam IV

Klorokuin
• Indikasi : abses hati

• Absorbsi cepat shg tidak berefek pada amubiasis intetstinal

• Dosis: 4x250 mg pada 2hari I, dilanjutkan 2x250 mg selama 2-3 minggu



Metronidazol sebagai antiamuba efektif untuk amubiasis intestinal dan ekstraintestinal. Namun efeknya lebih jelas pada jaringan sebab sebagian besar Metronidazol mengalami penyerapan di usus halus.

Tinidazol memperlihatkan spektrum antiamuba yang sama dengan Metronidazol. Perbedaannya dengan Metronidazol adalah pada waktu paruhnya yang lebih panjang sehingga dapat diberikan sebagai dosis tunggal per hari.

Amubiasis dinyatakan berhasil bila pada pemeriksaan laboratorium berkala dalam waktu 1, 3 dan 6 bulan tidak ditemukan lagi adanya amuba bentuk histolytica dan kista.

Hilangnya gejala klinik amubiasis belum merupakan jaminan penderita sembuh dari penyakit amubiasis.

Penting untuk mencegah terjadinya infeksi ulang dan ini dapat dilaksanakan dengan pemberian anti amuba yang bekerja sekaligus di jaringan dan lumen usus disertai dengan peningkatan higiene perorangan dan kesehatan lingkungan.

 By : dr. E.M. Sutrisna

DOWNLOAD NOW

ANTIHELMINT


  • Antelmintik atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.
  • Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu.
  • Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita.
  •  Sebagian besar obat cacing diberikan secara oral yaitu pada saat makan atau sesudah makan dan beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar.
Obat obat anticacing
  • Mebendazol, Tiabendazol, Albendazol
  • Piperazin, Dietilkarbamazin
  • Pirantel, Oksantel
  • Levamisol
  • Praziquantel
  • Niklosamida
  • Ivermectin
Banyak obat cacing memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua jenis cacing saja. Hanya beberapa obat saja yang memiliki khasiat terhadap lebih banyak jenis cacing (broad spectrum) seperti mebendazol.

Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan impuls neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan menghambat masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.

1. Dietelcarbamazine
  • Menyebabkan paralisis dan perubahan pada permukaan membran mikrofilaria à hancur.
  • Cepat diabsorpsi diusus, ekskresi lewat urin,
  •  70% bentuk metabolitnya.
2. Levamizole
  • Dosis tunggal digunakan untuk Ascaris Trichostrongylus, efektifitas sedang A.duodenale dan rendah untuk N.americanus
  • Cara kerja : meningkatkan aksi potensial dan menghambat transmisi neuromuskularàcacing paralisis.
  • Absorpsi oral cepat dan lengkap. 60% obat diekskresi bersama ureum.
3. Mebendazole
  • Efektif mengobati cacing gelang, cacing kremi, cacing tambang dan T.trichiura,cacing pita.
  • Kerjanya merusak subseluler dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing, menghambat ambilan glukosa.
  • Absorpsi oral buruk, ekskresi terutama lewat urin dalam dalam bentuk utuh.
4. Niridazole
  • Efektif untuk S. haematobium dan S. mansoni.
  • Ekskresinya dalam bentuk metabolit melalui urine dan tinja.
  • Hati Hati-hati pada penderita gangguan fungsi hati, ginjal dan darah.
5. Piperazine
  • Efektif terhadap Efektif terhadap A.lumbricoides dan E.vermicularis.
  • Kerjanya menyebabkan blokade respon otot cacing terhadap asetilkolin àparalisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristaltik usus.
  • Absorpsi melalui saluran cerna, ekskresi melalui urine.
6. Pirantel pamoat
  • Untuk cacing gelang, cacing kremi dan cacing tambang.
  • Kerjanya menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi imfuls, menghambat enzim kolinesterase.
  • Absorpsi melalui usus tidak baik, ekskresi sebagian besar bersama tinja, <15% lewat urine.
7. Prazikuantel
  • Efektif terhadap Cestoda dan Trematoda, seperti S. mansoni &. S. japonicum.
  • Kerjanya menimbulkan peningkatan aktivitas otot cacing karena hilangnya Ca ion intrasel àkontraktur dan paralisis spastik àcacing lepas dari tempatnya.
  • Absorpsi oral baik, ekskresi sebagian besar bersama urine.
8. Tiabendazole
  • Efektif terhadap strongyloidiasis, askariasis, oksiuriasis dan larva migrans kulit
  • Kerjanya menghambat enzim fumarat reduktase cacing dan enzim asetilkolinesterase cacing àcacing mati.
  • Absorpsi lewat usus, 90% obat diekskresi bersama urine.
By : dr. E.M. Sutrisna

DOWNLOAD NOW

Jumat, 08 Oktober 2010

HOMEOSTASIS I : DASAR FISIOLOGI


 
Manusia mempunyai tubuh yang tersusun atas triliyunan sel yang saling berinteraksi dan merupakan organisme multiseluler. setiap selnya melakukan fungsi-fungsi dasar yang penting bagi kelangsungan hidupnya. Sel merupakan bagian terkecil dari suatu organisme. Sekumpulan sel yang ada dalam tubuh akan membentuk suatu jaringan. Dari kumpulan jaringan tersebut akan membentuk organ. Kumpulan organ yang bekerja secara bersama-sama membentuk sistem organ yang melakukan fungsi yang saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk menyelesaikan aktivitas yang penting bagi kelangsungan hidupnya secara keseluruhan.

Sel didalam tubuh akan kontak langsung dengan lingkungan dalam maupun lingkungan luar sel tersebut. Untuk menjaga agar keadaan di dalamnya tetap konstan, tubuh memerlukan upaya untuk tetap mempertahankan kondisinya tersebut. Kondisi seperti ini disebut juga dengan homeostasis. Homeostasis ada agar unsur-unsur yang ada dalam lingkungan dalam tubuh tetap menjaga dan agar sel dapat menjalankan fungsi dasar sel secara optimal.

I. Sel
Tubuh manusia terdiri dari masyarakat sel yang saling berinteraksi. Sel adalah sub unit terkecil pada organisme multiseluler hidup, seperti manusia. Sel merupakan susunan kompleks zat kimia hidup dan melakukan aktivitas khusus. Mikroorganisme, seperti amuba dan bakteri, memilki sel tunggal yang dapat berfungsi secara mandiri. Namun, sel-sel manusia harus bekerja sama dan berfungsi secara saling bergantung. Sel adalah satuan dasar bagi struktur dan fungsi tubuh manusia. Setiap sel melakukan fungsi-fungsi dasar yang penting bagi kelangsungan hidupnya sendiri, misalnya memperoleh O2 dan zat-zat gizi, yang digunakan sel untuk memperoleh energi; bereaksi terhadap perubahan di lingkungan sekitar; mengontrol perpindahan bermacam-macam bahan di dalam sel dan antara sel dengan lingkungannya; dan bereproduksi.

Sel mempunyai dua bagian utama yaitu nukleus dan sitoplasma. Nukleus dipisahkan dari sitoplasma oleh membran sel, yang disebut juga membran plasma. Berbagai macam zat yang turut membentuk sel secra keseluruhan disebut protoplasma. Protoplasma terutama terdiri atas lima zat dasar : air, elektrolit, protein, lipid, dan karbohidrat.

Pada organisme multisel, setiap sel melakukan, selain fungsi-fungsi fundamental di atas, suatu aktivitas khusus yang biasanya merupakan elaborasi dari fungsi-fungsi dasar sel di atas. Sel-sel tubuh sangat terorganisasi dalam kelompok-kelompok fungsional, yakni sel-sel yang memiliki struktur dan aktivitas khusus serupa terorganisasi menjadi jaringan. Terdapat empat jenis dasar jaringan: 
  1. Jaringan otot, yang khusus berkontraksi dan menghasilkan gaya; 
  2. Jaringan saraf, yang mengkhususkan diri untuk inisiasi dan transmisi impuls listrik; 
  3. Jaringan epitel, yang melapisi dan membungkus berbagai permukaan dan rongga tubuh dan juga membentuk kelenjar sekretorik; dan 
  4. Jaringan ikat, yang menghubungkan, menyokong, dan melekatkan berbagai bagian tubuh. 
Jaringan-jaringan lebih lanjut tersusun membentuk organ-organ, yaitu struktur yang terdiri dari beberapa jaringan primer yang berfungsi bersama melakukan suatu fungsi-fungsi tertentu. Organ-organ membentuk sistem, yaitu kumpulan organ yang melakukan fungsi-fungsi terkait dan saling berinteraksi untuk menyelesaikan suatu aktivitas bersama yang penting bagi kelangsungan hidup tubuh keseluruhan. Sistem organ kemudian membentuk tubuh keseluruhan.

II. Homeostasis
Homeostasis pertama kali dikenalkan oleh Walter Canon menyebutkan bahwa keadaan stabil dinamis unsur-unsur pokok lingkungan internal (milleu interiur) yang mengelilingi dan saling bertukar berbagai zat dengan sel.

Homeostasis mengacu kepada pemeliharaan suatu keadaan stabil dinamis di dalam lingkungan cairan internal yang membasuh semua sel tubuh. Karena sel-sel tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar, kelangsungan hidup sel bergantung pada pemeliharaan lingkungan cairan internal yang stabil yang berhubungan langsung dengan sel. Sebagai contoh, di lingkungan internal O2 dan zat-zat gizi harus terus menerus diganti sesuai kecepatan penggunaannya oleh sel.

Istilah dari homeostasis juga digunakan oleh ahli fisiologi untuk menjelaskan pemeliharaan aneka kondisi yang hampir selalu konstan di lingkungan dalam. Pada dasarnya, semua organ dan jaringan tubuh melakukan aneka fungsi untuk membantu mempertahankan kondisi yang konstan ini. Misalnya, paru menyediakan oksigen bagi cairan ekstrasel untuk menggantikan oksigen yang dipakai oleh sel, ginjal mempertahankan konsentrasi ion agar konstan, dan sistem gastrointestinal menyediakan nutrient.

Homeostasis sangat penting bagi kelangsungan hidup sel yaitu untuk mempertahankan fungsi sel.
Faktor-faktor lingkungan dalam yang perlu dipertahankan homeostasis mencakup :
  1. Konsentrasi molekul zat-zat gizi.
  2. Konsentrasi O2 dan CO2.
  3. Konsentrasi zat-zat sisa berbagai reaksi kimia.
  4. Konsentrasi PH.
  5. Konsentrasi air, garam-garam, elektrolit-elektrolit.
  6. Suhu.
  7. Volume dan tekanan.
Fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh masing-masing dari ketujuh tubuh diarahkan untuk mempertahankan homeostasis. Fungsi sistem tubuh akhirnya bergantung pada aktivitas-aktivitas khusus sel-sel yang menyusun setiap sistem. Dengan demikian, homeostasis penting bagi kelangsungan hidup setiap sel, dan setiap sel memberikan kontribusinya untuk mempertahankan homeostasis.
Sistem kontrol yang mengatur aktivitas berbagai sistem tubuh untuk mempertahankan homeostasis dapat diklasifikasikan sebagai 
  1. Kontrol intrinsik, yaitu respons kompensatorik inheren suatu organ terhadap perubahan, dan
  2. Kontrol ekstrinsik, yaitu respons suatu organ yang dicetuskan oleh faktor-faktor di luar organ tersebut, seperti sisem saraf dan endokrin. 
Baik kontrol intrinsik maupun ekstrinsik umumnya beroperasi berdasarkan prinsip umpan balik negatif, yaitu suatu perubahan pada sebuah variabel yang diatur mencetuskan respons yang mendorong variabel itu berlawanan arah dengan perubahan awal, sehingga terjadi perlawanan terhadap perubahan.

Keadaan patofisiologi terjadi jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secara benar, homeostasis akan terganggu dan semua sel akan menderita karena tidak lagi memperoleh linhkungan yang optimal tempat mereka hidup dan berfungsi, sehingga lingkungan internal yang optimal tidak lagi dapat dipertahankan. Muncul berbagai keadaan patofisiologis. Patofisiologis mengacu pada abnormalitas fungsional tubuh (perubahan fisiologis) yang berkaitan dengan penyakit. Jika gangguan terhadap homeostasis menjadi sedemikian berat sehingga tidak lagi memungkinkan untuk kelangsungan hidup, maka akan timbul kematian. 

Sumber

Sherwood, Lauralee. (2004). Human Physiology: From cells to system. 5th ed. California: Brooks/Cole-Thomson Learning, Inc.
Silverthorn, D.U. (2004). Human Physiology: An Integrated approach. 3th ed. San Fransisco: Pearson Education.
Pearce, Evelyn C. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.
Scanlon, Valarie C. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta. EGC.
Guyton, Arthur C and Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta: EGC.
  Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit  Dalam Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

DOWNLOAD NOW
 
Baca Juga Lebih Lengkap Tentang SEL

HOMEOSTASIS II : Keseimbangan Cairan, Elektrolit, Asam dan Basa


Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior) dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.

Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik sangat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya. Semua pengaturan fisiologis untuk mempertahankan keadaan normal disebut homeostasis. Homeostasis ini bergantung pada kemampuan tubuh mempertahankan keseimbangan antara subtansi-subtansi yang ada di milieu interior.

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion karbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengekskresikan ion hidrogen dan CO2, dan sistem dapar (buffer) kimi dalam cairan tubuh.

Komposisi Cairan Tubuh
Telah disampaikan pada pendahuluan di atas bahwa cairan dalam tubuh meliputi lebih kurang 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.

Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel. Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit dibandingkan dengan intrasel dan plasma.

Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.

Perpindahan Substansi Antar Kompartmen

Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut. Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya.

Perpindahan substansi melalui membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan transport pasif tidak membutuhkan energi.

Difusi
Partikel (ion atau molekul) suatu substansi yang terlarut selalu bergerak dan cenderung menyebar dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah sehingga konsentrasi substansi partikel tersebut merata. Perpindahan partikel seperti ini disebut difusi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju difusi ditentukan sesuai dengan hukum Fick (Fick’s law of diffusion). Faktor-faktor tersebut adalah:
  • Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi.
  • Peningkatan permeabilitas.
  • Peningkatan luas permukaan difusi.
  • Berat molekul substansi.
  • Jarak yang ditempuh untuk difusi.

Osmosis
Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam larutan tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkatkan, konsentrasi air akan menurun.Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat terlarut, maka terjadi perpindahan air/zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan osmosis.

Filtrasi
Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas permukaan membran dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini disebut tekanan hidrostatik.

Transport aktif
Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.

1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma. Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan luarnya. Water turnover dibagi dalam: 
  1. Eksternal fluid exchange, pertukaran antara tubuh dengan lingkungan luar
  2. Internal fluid exchange, pertukaran cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di kapiler ginjal.
Memeperhatikan keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya. Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan. Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk mempertahankan keseimbangan garam.

Ginjal mengontrol jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
  1. mengontrol jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
  2. mengontrol jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi Na+ meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma. Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal. 
2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi) ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).

Osmosis hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
Pengaturan osmolaritas cairan ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
a.Perubahan osmolaritas di nefron
Di sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.

Dinding tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
b. Mekanisme haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin, yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.

Selain itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali normal.

Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Sebagai kesimpulan, pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II, Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air. Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.

Perubahan volume dan osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu lingkungan, diet, stres, dan penyakit.

Keseimbangan Asam-Basa
Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis. Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
  1. pembentukkan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
  2. katabolisme zat organik
  3. disosiasi asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion H.
Fluktuasi konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
  1. perubahan eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
  2. mempengaruhi enzim-enzim dalam tubuh
  3. mempengaruhi konsentrasi ion K
Bila terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H seperti nilai semula dengan cara:
  1. mengaktifkan sistem dapar kimia
  2. mekanisme pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
  3. mekasnisme pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4 sistem dapar:
  1. Dapar bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat
  2. Dapar protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
  3. Dapar hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam karbonat
  4. Dapar fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapat kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan dapar kimia tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan, kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena memiliki dapar fosfat dan amonia.

Ketidakseimbangan Asam-Basa
Ada 4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
  1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi. Pembentukkan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan konsentrasi ion H.
  2. Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga pembentukkan ion H menurun.
  3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru, diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
  4. Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
Untuk mengkompensasi gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat penting.

KESIMPULAN
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garan dan mengontrol osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam keseimbangan asam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan sistem dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh.

Sumber
Sherwood, Lauralee. (2004). Human Physiology: From cells to system. 5th ed. California: Brooks/Cole-Thomson Learning, Inc.
Silverthorn, D.U. (2004). Human Physiology: An Integrated approach. 3th ed. San Fransisco: Pearson Education.

DOWNLOAD NOW

Selasa, 05 Oktober 2010

INDEPENDENT LEARNING DIDALAM PENDIDIKAN DOKTER

Sekarang ini dunia telah mengalami perubahan. Salah satu aspeknya yaitu sistem pendidikan yang ada di seluruh dunia. Termasuk sistem pendidikan untuk kedokteran di Indonesia. Dulu proses pendidikan kedokteran di Indonesia yang cenderung masih tradisional dan sangat mengandalkan kuliah teacher centered, yang cenderung menekankan pada transfer pengetahuan, bukan pada pemfasilitasan pembelajaran, diyakini sangat tidak memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya.

Oleh karena itu, proses pendidikan kedokteran yang seperti itu telah dirubah, karena sudah tidak cocok dengan tuntutan keadaan. Saat ini, mahasiswa kedokteran harus dididik dan dilatih dengan menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk menghubungkan konsep dasar dengan situasi yang sebenarnya di lapangan. Institusi penyelenggara pendidikan dokter harus mampu membangun suatu bentuk pendidikan yang mengasah kemampuan berpikir kritis dan membantu mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritisnya, baik untuk menyelesaikan persoalan pasien nantinya maupun untuk berkontribusi memberikan penyelesaian persoalan masyarakat terkait dengan masalah kesehatan. Maka dari itu, digunakanlah Problem Based Learning pada sistem pendidikan kedokteran di Indoesia yang mengacu pada belajar secara mandiri / Independent Learning yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis para mahasiswa, terutama mahasiswa fakultas kedokteran di Indonesia.
Independent Learning
Independent learning ditetapkan oleh KKI sebagai pembelajaran pada fakultas kedokteran pada tahun 2006. Independent learning adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang dimiliki. Independent learning dapat juga diartikan sebagai usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi dan atau kompetensi tertentu sehingga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang dijumpainya di dunia nyata.

Independent Learning memiliki potensi untuk mendorong mahasiswa belajar lebih aktif, mandiri, sesuai dengan irama belajarnya masing-masing, sesuai dengan perkembangan yang berjalan sehingga mahasiswa dituntut untuk harus belajar secara mendalam (deep learning), sehingga dapat mengerti dan memahami keseluruhan dari materi yang diberikan dan dapat menjelaskanya kembali secara rinci dan detail, serta dapat berlatih berpikir secara kritis (critical thinking). Sehingga dapat dikatakan bahwa kedua hal tersebut sangat diperlukan didalam pembelajaran dengan menggunakan sistem independent learning.

Salah satu aspek dari Independent Learning adalah self directed learning (belajar mandiri) yang berarti kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Dalam arti mahasiswa mencari, menyusun, mempelajari, mengolah serta mengevaluasi literatur hasil pembelajaran secara mandiri.

Self directed learning merupakan aspek vital, yang artinya aspek yang sangat penting yang isinya terdiri dari aspek medis dan praktek kesehatan masyarakat, salah satunya adalah pengobatan terhadap penyakit di suatu komunitas penduduk, yang merupakan penentu tercapainya tujuan pembelajaran pada PBL.

Prinsip – prinsip di dalam Independent Learning
Prinsip – prinsip mendasar dari independent learning yaitu :
  1. voluntary participation
  2. mutual respect
  3. collaborative spirit
  4. action and reflection (praxis)
  5. critical reflection
  6. self direction

Manfaat Independent Learning
Manfaat dari Independent learning adalah pebelajar menjadi lebih baik dan berkembang. Dari literatur ditegaskan bahwa Independent Learning menunjukkan kesadaran dan tanggung jawab yang lebih besar di dalam membuat pembelajaran lebih bermakna dengan pemantauan sendiri . Mereka ingin tahu dan bersedia untuk mencoba hal-hal baru, melihat masalah sebagai tantangan, keinginan untuk berubah, dan menikmati belajar. Mereka pun juga termotivasi dan gigih, mandiri, disiplin, percaya diri dan berorientasi pada tujuan.

Independent learning memungkinkan pebelajar untuk belajar menjadi lebih efektif dan bersosialisasi. Sehingga dengan perencanaan dan pelaksanaan yang tepat, self-directed learning dapat mendorong siswa untuk mengembangkan aturan dan pola-pola kepemimpinan mereka sendiri.

Kelebihan dan Kelemahan Independent Learning
a) Kelebihan :  
  1. On demand (proses belajar dapat dilakukan kapanpun)
  2. Sesuai untuk mahasiswa yang memiliki rasa ingin tahu besar dan aktif mencari sumber belajar
  3. Mengembangkan cara ber-pikir dan sikap ilmiah
  4. Mendorong disiplin dan keterampilan belajar sepanjang hayat

b) Kelemahan :
  1. Menuntut disiplin dan kemandirian belajar yang tinggi
  2. Pendapat serta pertanyaan mhs dpt menyimpang dari pokok persoalan
  3. Kesulitan dlm menyimpulkan sering menyebabkan tdk adanya penyelesaian
  4. Membutuhkan waktu cukup banyak.
Perbedaan Sistem Konvensional dengan Sistem Sekarang
Ciri – ciri metode konvensional adalah : 
  • Berfokus pada dosen
  • Dosen menerangkan dan mahasiswa mendengarkan (one way learning).
  • Mahasiswa bertanya.
  • Dosen menjelaskan seluruh materi
  • Key process is teaching
  • Dosen hanya menyiapkan materi · Mahasiswa membaca menjelang ujian, terutama catatan (reading habit rendah).
  • Mahasiswa pasif (partisipatif rendah).
  • Mahasiswa hanya menghafal materi dan kemudian lupa
Sedangkan untuk ciri – ciri dari metode modern adalah kebalikan dari ciri – ciri metode konvensional yang tertera diatas.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa independent learning sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena :

  1. Dengan independent learning akan terjadi pembelajaran bermakna. Mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.
  2. Dalam independent learning, mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung.
  3. Independent learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Memanajemen Waktu Yang Efektif Pengaturan Waktu adalah membuat dan melakukan jadwal belajar agar dapat mengatur dan memprioritaskan belajarmu dalam konteks membagi waktu dengan aktivitas, keluarga, dan lain-lain. Efektivitas penggunaan waktu sangat dipengaruhi keterampilan kita dalam membaginya. Ada hak belajar, hak bekerja, hak tubuh, hak keluarga, hak ibadah juga hak evaluasi diri. Semuanya harus dibagi secara adil. Sibuk dan hebatnya belajar tanpa disertai istirahat dan ibadah misalnya, hanya akan mendatangkan masalah.
Karena itu, sebuah rencana tidak perlu muluk-muluk. Buatlah secara proporsional dan fleksibel agar kita mudah menjalankannya. Setelah itu kita disiplin menjalankannya. Banyak orang yang hanya pandai membuat rencana, tapi kurang pandai menjalankannya.
Pedoman:
  • Perhatikan waktumu.
  • Refleksikan bagaimana kamu menghabiskan waktumu.
  • Sadarilah kapan kamu menghabiskan waktumu dengan sia-sia.
  • Ketahuilah kapan kamu produktif. 

DOWNLOAD NOW

    PROBLEM BASED LEARNING

    Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, sistem pendidikan di dunia juga semakin berkembang, terutama sistem pendidikan untuk kedokteran. Misalnya negara Amerika, Kanada, Argentina, Singapura, Indonesia, dll. Meskipun demikian di Indonesia sendiri walaupun telah berkembang, namun masih dinilai sangat lemah dan buruk serta jauh dari sistem pendidikan yang telah diterapkan Negara lain. Hal tersebut membuat sumber daya manusia yang ada di Negara kita kalah dari Negara lain, terutama mutu dan kualitas pendidikannya. Oleh karena itu masih sangat diperlukan untuk meningkatkan kembali sistem pendidikan yang ada di Indonesia.

    Melihat dari situasi tersebut, KKI yang merupakan lembaga / Institusi yang salah satu tugasnya menentukan / menetapkan sistem pendidikan yang digunakan untuk pembelajaran pada fakultas kedokteran mulai menerapkan sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi dengan menggunakan pendekatan Problem Based Learning atau yang lebih dikenal sebagai sistem pembelajaran yang mengajarkan mahasiswa untuk dapat bekerja secara kelompok di dalam menyelesaikan suatu masalah yang diambil dari permasalahan dari dunia nyata yang lebih lanjutnya akan digunakan seven jump di dalam tutorial untuk memecahkan masalah yang telah disajikan sebelumnya sehingga mahasiswa dalam hal ini diharuskan untuk berperan aktif didalam diskusi / pembelajaran tersebut serta diharapkan untuk dapat mengasah kemampuan berfikir seoptimal mungkin.
    Konsil Kedokteran Indonesia
    Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan bersifat independen yang terdiri atas konsil kedokteran dan konsil kedokteran gigi. Yang artinya, berdiri sendiri, tidak berada di bawah naungan badan / institusi lain namun memiliki anak badan / lembaga yang banyak. Misalnya AIPKI (Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia). AIPKI adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh para dekan fakultas kedokteran seluruh Indonesia yang berfungsi memberikan pertimbangan dalam rangka memberdayakan dan menjamin kualitas pendidikan kedokteran yang diselenggarakan oleh fakultas kedokteran.
    Konsil Kedokteran Indonesia mempunyai berbagai macam tugas yang diantaranya adalah :
    1. mengatur / menetapkan tata cara registrasi dokter dan dokter gigi
    2. penyelenggaraan praktik kedokteran yang baik, kemitraan dalam hubungan dokter-pasien
    3. tata cara penanganan kasus dugaan pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi
    4. pedoman penegakan disiplin profesi kedokteran yang harus ditaati oleh dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran
    5. Bertanggung-jawab dalam pengelolaan sistem pendidikan kedokteran
    6. Bertanggung-jawab dalam pengawasan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan kedokteran.

    Definisi
    Kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur.

    Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah keseluruhan tentang pembelajaran aktif (active learning) dimana guru membantu siswa untuk belajar bagaimana belajar dari pada hanya mempelajari isi (learn how to learn rather than just cover content). Sistem KBK tersebut mencakup berbagai aspek penilaian, yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik. Afektif adalah suatu penilaian yang berdasarkan pada sikap dan perilaku, yaitu yang berhubungan dengan perasaan dan emosi. Kognitif adalah penilaian yang berdasarkan kepada kemampuan berfikir, mencakup kemampuan intelektual yaitu mengingat, sampai pada kemampuan di dalam memecahkan suatu masalah. Psikomotorik adalah suatu penilaian yang berdasarkan pada ketrampilan motorik, yaitu yang berhubungan dengan anggota tubuh dan tindakan yang mengkoordinasikan antara saraf dengan otot.

    Problem Based Learning adalah metode pendidikan yang medorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.

    Proses – Proses di Dalam PBL
    Proses yang digunakan di dalam pembelajaran PBL yaitu dengan menggunakan metoda 7 langkah atau yang biasa disebut seven jump yang digunakan didalam tutorial. Tutorial adalah suatu kegiatan pembelajaran yang berpusat pada pembelajaran secara mandiri yang dilaksanakan dengan cara berdiskusi antar anggota di dalam satu kelompok yang pada akhirnya di harapkan untuk dapat memecahkan masalah – masalah yang telah dihadapkan pada kelompok tersebut.
    Langkah – langkah seven jump adalah sebagai berikut :
    Langkah I : Identifikasi dan klarifikasi istilah konsep yang belum diketahui / dipahami yang terdapat di dalam skenario
    Langkah II : Menentukan masalah – masalah untuk didiskusikan
    Langkah III : Sesi brainstorming untuk mendiskusikan daftar masalah yang telah disepakati. Setiap mahasiswa wajib member saran atau hipotesis tentang suatu penjelasan yang memungkinkan
    Langkah IV : Periksa langkah I dan II dan menyusunnya menjadi sebuah solusi sementara
    Langkah V : Perumusan sasaran belajar.setiap anggota dapat mengusulkan sasaran belajar yang akan dicapai agar dapat memahami daftar masalah yang telah disepakati
    Langkah VI : Belajar mandiri. Setiap anggota mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan daftar masalah yang telah disepakati melalui berbagai sumber belajar mandiri
    Langkah VII : Kelompok berdiskusi mengenai informasi yang telah mereka dapatkan.

    Kelebihan Dan Kekurangan KBK Dan PBL
    a) KBK
    · Kelebihan :
    1. Mengembangkan kompetensi-kompetensi peserta didik pada setiap aspek mata pelajaran dan bukan pada penekanan penguasaan konten mata pelajaran itu sendiri
    2. Mengembangakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student oriented). Peserta didik dapat bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra seoptimal mungkin dan membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar. Dengan demikian, siswa dapat belajar dengan bergerak dan berbuat, belajar dengan berbicara dan mendengar, belajar dengan mengamati dan menggambarkan, serta belajar dengan memecahkan masalah dan berpikir.
    3. Pengajar diberi kewenangan untuk menyusun silabus yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di daerah masing-masing
    4. Bentuk pelaporan hasil belajar yang memaparkan setiap aspek dari suatu mata pelajaran memudahkan evaluasi dan perbaikan terhadap kekurangan peserta didik.
    5. Penilaian yang menekankan pada proses memungkinkan peserta didik untuk mengeksplorasi kemampuannya secara optimal, dibandingkan dengan penilaian yang terfokus pada konten.
    · Kelemahan :
    1. Paradigma pengajar dalam pembelajaran KBK masih seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya yang lebih pada teacher oriented
    2. Sarana dan pra sarana pendukung pembelajaran yang belum merata di setiap setiap Perguruan Tinggi, sehingga KBK tidak bisa diimplementasikan secara komprehensif.
    3. Kebijakan pemerintah yang setengah hati, karena KBK dilaksanakan dengan uji coba di beberapa sekolah mulai tahun pelajaran 2001/2002 tetapi tidak ada payung hukum tentang pelaksanaan tersebut.
    Di samping kelemahan dalam kebijakan dan implementasi KBK juga memiliki kelamahan dari sisi isi kurikulum, antara lain:
    1. Dalam kurikulum dan hasil belajar indikator sudah disusun, padahal indikator sebaiknya disusun oleh pengajar, karena pengajar yang paling mengetahui tentang kondisi peserta didik dan lingkungan
    2. Konsep KBK sering mengalami perubahan termasuk pada urutan standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga menyulitkan pengajar untuk merancang pembelajaran secara berkelanjutan.

    b) PBL
    · Kelebihan :
    1. Retensi siswa pada apa yang dipelajari lebih lama dan kuat
    2. Pengetahuan terintegrasi dengan lebih baik
    3. Mengembangkan keterampilan belajar jangka panjang, yaitu bagaimana meneliti, berkomunikasi dalam kelompok, dan bagaimana menangani masalah.
    4. Meningkatkan motivasi, minat dalam bidang studi, dan kemandirian belajar.
    5. Meningkatkan interaksi siswa-siswa dan siswa-guru.
    · Kelemahan :
    1. Instrumen penilaian hasil belajar yang valid dan dapat diterima sulit dibuat atau ditafsirkan
    2. Waktu yang diperlukan dalam pembelajaran lebih banyak
    3. Kendala pada faktor guru yang sulit berubah orientasi dari guru mengajar menjadi siswa belajar
    4. Sulitnya merancang masalah yang memenuhi standar pembelajaran berbasis masalah.

    Manfaat PBL
    Manfaat di dalam PBL sangat banyak, cukup komplek dan ambigu yang artinya bergantung pada pemahaman dan pembelajaran peserta didik di dalam mengartikan makna tersebut, antara lain :

    1. Berfikir Tingkat tinggi (Higher-Order Thinking)
    Scenario masalah yang tidak lengkap memanggil keluar (membangkitkan) berfikir kritis dan kreatif peserta didik, menebak Apa jawaban yang benar yang dikehendaki pengajar untuk saya temukan

    2. Pembelajaran bagaimana belajar (Learning How To Learn)
    PBL mengembangkan metakognisi dan pembelajaran diri yang teratur dengan meminta peserta didik untuk menghasilkan cara mereka sendiri mendefinisikan masalah, mencari informasi, menganalisis data dan membuat serta menguji hipotesis, membandingkan strategi lain, dan membaginya dengan siswa lain dan strategi dari pembimbing

    3. Keaslian (Authenticity)
    PBL melibatkan peserta didik dalam mempelajari informasi dalam cara yang sama ketika mengingatnya kembali dan menerapkan dalam situasi yang akan datang dan menilai pembelajaran dengan cara mendemonstrasikan pemahaman dan bukan kemahiran belaka.

    DOWNLOAD NOW

    EVIDENCE BASED MEDICINE

    Semakin berkembangnya zaman, sistem pendidikan dokter di seluruh dunia juga semakin berkembang. Demikian pula sistem pendidikan dokter di Indonesia. Dulu proses pendidikan kedokteran di Indonesia cenderung masih tradisional dan sangat mengandalkan kuliah yang berpusat pada dosen, yang cenderung menekankan pada transfer pengetahuan, bukan pada pemfasilitasan pembelajaran. Proses pendidikan kedokteran yang seperti itu sudah tidak cocok dengan tuntutan keadaan saat ini. Untuk saat ini, didalam pendidikannya, dokter sangat harus dididik dan dituntut untuk belajar secara mandiri yang berkonsep pada konsep dasar belajar berbasis bukti ilmiah (evidence based medicine), yang bertujuan agar mahasiswa kedepannya dapat benar – benar siap dan mampu untuk menjadi seorang dokter yang dapat membantu pasien sesuai dengan yang diharapkan.
    Bukan hanya didalam sistem pendidikan saja, demikian juga dengan berkembangnya teknologi informatika yang dapat dilihat dari semakin pesatnya perkembangan bioinformatika dan teknologi informasi yang mempunyai kontribusi besar pada munculnya era ledakan informasi ilmiah yang secara mendasar merubah cara dokter mendefinisikan, mendiagnosis, memberikan terapi, dan mencegah penyakit. Semakin pesatnya perkembangan informasi tentang cara melakukan praktik kedokteran dan perubahan informasi juga sangat membantu dokter didalam mencari dan mengambil informasi catatan-catatan medis elektronik melalui internet. Dari semuanya tersebut, tujuan utama dari seorang dokter adalah mengobati pasien sampai pasien benar-benar sembuh. Oleh karena itu, maka berkembanglah seni kedokteran yang sangat diperlukan dalam praktik kedokteran yang berbasis ilmiah atau yang sering disebut dengan Evidence Based Medicine.

    Definisi
    Menurut Sackett et al. Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu pendekatan medik yang didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam prakteknya, EBM memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya.

    Pengertian lain dari evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara sistematik untuk menemukan, menelaah/me-review, dan memanfaatkan hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik. Jadi secara lebih rincinya lagi, EBM merupakan keterpaduan antara (1) bukti-bukti ilmiah, yang berasal dari studi yang terpercaya (best research evidence); dengan (2) keahlian klinis (clinical expertise) dan (3) nilai-nilai yang ada pada masyarakat (patient values).

    Publikasi ilmiah adalah suatu pempublikasian hasil penelitian atau sebuah hasil pemikiran yang telah ditelaaah dan disetujui dengan beberapa petimbangan baik dari acountable aspek metodologi maupun accountable aspek ilmiah yang berupa jurnal, artikel, e-book atau buku yang diakui.

    Adapun accountable aspek ilmiah adalah mensurvey secara langsung tentang suatu permasalahan dengan penelitian untuk mendapatkan dasar yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan. Maksudnya adalah :
    1. Melalui evidence based medicine kita mengadakan survei tentang keluhan sejumlah penderita.
    2. Melalui evidence based medicine kita mengadakan survei tentang kelainan fisik sejumlah penderita penyakit tertentu.
    3. Selain mensurvei keluhan dan kelainan fisik penderita, melaui evidence based medicine kita juga dapat mensurvei hasil terapinya.

    Sedangkan accountable aspek metodologis adalah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran menggunakan tata cara tertentu dalam pengumpulan data hasil penelitian yang telah ditelaah dan diakui kebenarannya.

    Penerapan Evidence Based Medicine
    Penerapan evidence based medicine dalam pembelajaran mahasiswa diantaranya adalah
    1. Dalam menyusun dan memformulasikan pertanyaan ilmiah yang berkaitan dengan masalah
    2. Menelusuri informasi ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
    3. Menelaah terhadap bukti-bukti ilmiah yang didapat
    4. Penerapan hasil-hasil penelaah bukti-bukti ilmiah tadi yang sudah dipercaya ke dalam praktek pengambilan keputusan
    5. Kemudian pengevaluasian terhadap efficacy dan effectiveness

    Pentingnya Evidence Based Learning
    Beberapa alasan utama mengapa EBM diperlukan :
    1. Bahwa informasi-informasi tradisional (misalnya yang terdapat dalam text-book) sudah sangat tidak akurat pada saat ini. Beberapa justru sering keliru dan menyesatkan (misalnya informasi dari pabrik obat yang disampaikan oleh duta-duta farmasi/cfete//er), tidak efektif (misalnya continuing medical education yang bersifat didaktik), atau bisa saja terlalu banyak sehingga justru sering membingungkan (misalnya jurnal-jurnal biomedik/ kedokteran yang saat ini berjumlah lebih dari 25.000 jenis).
    2. Dalam pendidikannya, dengan bertambahnya pengalaman klinik seseorang maka kemampuan/ketrampilan untuk mendiagnosis dan menetapkan bentuk terapi (clinical judgement) juga meningkat. Namun pada saat yang bersamaan, kemampuan ilmiah (akibat terbatasnya informasi yang dapat diakses) serta kinerja klinik (akibat hanya mengandalkan pengalaman, yang sering tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah) menurun secara signifikan.
    3. Meningkatkan kinerja mahasiswa dalam mencari dan mengidentifikasi literatur klinis terbaik untuk menyelesaikan masalah.

    Cara Mencari Publikasi Ilmiah dan Penerpannya
    Publikasi ilmiah dapat kita cari dari perpustakaan di kampus, internet, kuliah pakar, dll. Pelacakan publikasi ilmiah yang baik diantaranya adalah
    1. Pelacakan yang spesifik, akan lebih cepat dan berpeluang untuk menemukan artikel yang diinginkan.
    2. Penggunaan frase yang tepat agar memudahkan dalam pencarian
    3. Pelacak memiliki pengetahuan dan pengalaman sebelumnya
    4. Dengan menggunakan Boolean logic

    Penerapan Publikasi Ilmiah
    Dalam dunia perkuliahan, contoh penerapan publikasi ilmiah adalah sebagai berikut :
    1.   Karya Tulis
    2.   Paper
    3.   Makalah
    4.   Laporan
    5.   Skripsi
    6.   Tesis
    7.   Disertasi
    8.   Buku teks/text book
    9.   Diktat
    10. Jurnal
    11. Buletin
    12. Referat, dll

    Website – Website Yang Digunakan Untuk Mengakses Jurnal
    Selain www.pubmed.com dan www,proquest.com, ada beberapa website yang diperuntukkan dalam pencarian jurnal. Diantaranya :
    1.   www.ciencedirect.com
    2.   www.blackwell.com
    3.   www.thieme.com
    4.   www.ingenta.com
    5.   www.scirus.com
    6.   www.sage.com
    7.   www.medline.com
    8.   www.highwire.com
    9.   www.ovid.com
    10. www.springerlink.com
    11. www.scopus.com
    12. www.kluwer.com
    13. www.hinari.com
    14. www.wileyinterscience.com

    Penggunaan Boolean Logic
    Dalam mencari sebuah jurnal atau artikel, biasanya kita menggunakan www.pubmed.com atau www.proquest.com ,dll dengan menggunakan cara boolean logic. Didalam menggunakannya, terdapat kata bantu, yaitu AND, OR, NOT, dan NEAR.

    1. OR
    Contohnya dalam melacak “Stroke OR therapy”. Semua artikel atau jurnal yang ditemukan hanya mengandung kata stroke saja atau therapy saja.

    2. AND
    AND berfungsi sebagai penghubung. Dalam melacak, misal “Hypertension AND therapy”, mesin pencari tersebut akan mengeluarkan semua artikel atau jurnal yang mengandung kedua kata tersebut, yaitu hypertension dan therapy.

    3. NOT
    NOT sendiri berfungsi untuk eksklusi. Dalam menggunakannya, missal dalam mencari “Hyperextension NOT eclampsia”, semua artikel yang mengandung kata hyperextesion akan keluar, namun yang mengandung kata eclampsia tidak akan dikeluarkan walaupun mengandung kata hyperextension.

    4. Dari ketiga kata bantu tersebut dapat digabungkan
    Misalnya dalam mencari (“Signal transduction “AND (phosphorylation OR kinase)) NOT xenopous, akan diketemukan artikel atau jurnal yang mengandung kata signal transduction dan phosporylation tanpa mengandung kata xenopous, atau yang mengadung kata signal transduction dan kinase tanpa mengandung kata xenopous.

    5. Huruf Kapital
    Didalam pencarian dengan menggunakan Boolean logic harus menggunakan huruf kapital.

    6. Frase / fragmen
    Gunakan yang namanya “Quotation Marks”. Misalnya dalam mencari “Life and death of a cell” akan mendapatkan artikel dan jurnal yang lebih spesifik. Tanpa “Quotation Marks" akan didapatkan artikel yang hanya berisi life, death, atau cell saja.

    7. Batasan Waktu
    Dengan menggunakan batasan waktu didalam pencarian dapat berguna dalam menyempitkan pelacakan. Misalnya kita ingin mencari artikel tentang hal yang kita cari tersebut dalam lima tahun terakhir atau 10 tahun terakhir atau dll. Kita juga dapat membatasi hanya pada artikel yang dapat diakses “full text”.

    8. Wildcards
    Wildcards digunakan untuk meluaskan pencarian. Caranya adalah dengan menambahkan tanda (*). Contohnya dalam mencari child*, kita akan memperoleh artikel yang berisi child, children, childcare, dsb.

    Dari cara penggunaan Boolean logic tersebut jika masih saja gagal didalam pencariannya mungkin terdapat masalah pada program search engine atau mungkin juga karena tidak adanya artikel yang sesuai dengan pencarian dari kata yang dicari. Oleh Karena itu, terdapat tips didalam pencarian artikel dengan menggunakan Boolean logic, yaitu :
    1. Jangan terlalu spesifik
    2. Cek ejaan
    3. Bila ragu-ragu akan ejaan jangan masukkan kata tersebut
    4. Gunakan wildcard

    DOWNLOAD NOW
    Diberdayakan oleh Blogger.